PERAWATAN BAHAN PUSTAKA PERPUSTAKAAN SEKOLAH
oleh: Sokhibul Ansor /Pustakawan Universitas Negeri Malang
oleh: Sokhibul Ansor /Pustakawan Universitas Negeri Malang
Tidak sedikit guru pustakawan pada saat ini sibuk dengan urusan automasi perpustakaan, teknologi informasi, pengadaan dan pengolahan bahan pustaka, layanan yang baik bagi pemakai perpustakaan. Hal ini sebenarnya tidaklah berlebihan, karena diera globalisasi sekarang ini, orientasi pekerjaan banyak tertuju pada hasil teknologi, dan sumber daya manusia (SDM) sedangkan tentang perawatan bahan pustaka agaknya sedikit terabaikan. Kita bisa lihat bahwa banyak perpustakaan-perpustakaan sekolah di Indonesia, koleksinya sangat kumal, lecek, terlebih buku-buku paket yang intensitas penggunaannya sangat tinggi. Padahal dalam dunia perpustakaan masalah preservasi merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa ditinggalkan begitu saja.
Di negara maju, misalnya di Amerika, masalah perawatan koleksi perpustakaan senantiasa menjadi perhatian yang seimbang oleh para pustakawan. Pada tahun 1937, Randolph G. Adams seorang pustakawan sekolah di Amerika telah mengagetkan teman seprofesinya dengan menyebutnya sebagai "musuh buku". Sesungguhnya pernyataan tersebut tidaklah berlebihan sesuai dengan keadaan bahwa banyak praktek konservasi yang diabaikan. Adams berpendapat pada saat sekarang ini pustakawan seharusnya sekaligus menjadi administrator dan bukan pengumpul buku belaka dan dia menganggap bahwa perhatian teknologi fungsi pemeliharaan bahan pustaka sangat kecil. Secara gamblang Adams mengatakan bahwa untuk dapat membangun perpustakaan yang besar, pustakawan harus mutlak memiliki (1) pengetahuan dan apresiasi tentang perasaan kolektor buku, (2) bahwa profesi secara keseluruhan harus memperlihatkan penghargaan yang tinggi terhadap bahan pustaka sebagai hasil seni, (3) pustakawan punya tanggung jawab dalam hal mengumpulkan dan sekaligus melestarikan koleksi langka, (4) secara kontinyu mengawasi stok untuk memilih item-item koleksi apa yang menjadi langka, (5) mengamati koleksi langka di luar perpustakaan untuk dimasukkan dalam jajaran koleksi, (6) bertindak tegas terhadap kemungkinan penyalahgunaan bahan pustaka berharga bagi pemakai. Memang sekali bahan pustaka itu (lebih-lebih bahan pustaka dari koleksi langka) dibaca dan dipinjamkan kepada pemakai, akan timbul dua masalah, yaitu kelusuhan dan robek. Bahan pustaka itu menjadi lusuh karena banyak dipegang oleh tangan (apalagi kalau tangan itu kotor atau basah) dari satu pemakai ke pemakai yang lain dan lama-lama bisa robek. Belum lagi masalah kualitas kertas sebagai bahan mentah bahan pustaka. Di samping mutu pembendelan dan juga masalah penyimpanannya (faktor suhu udara, kelembaban, kebersihan ruang panas/sinar matahari) .
BAHAN PUSTAKA
Secara umum menurut kondisi bahan pustaka dapat dibedakan atas tiga jenis :
1. Bahan pustaka yang masih baik, bersih, utuh belum berubah warnanya, belum berpenyakit.
2. Bahan pustaka yang sudah berpenyakit dalam artian sudah diserang serangga sehingga timbul noda-noda coklat.
3. Bahan pustaka yang telah rusak dengan tingkat kerusakan tertentu sehingga memerlukan perbaikan dan bahkan ada yang sudah terlalu parah sehingga tidak bisa di perbaiki lagi.
FAKTOR-FAKTOR YANG BISA MERUSAK BUKU
1. Faktor Biotis (termasuk jamur dan serangga)
Bahan pustaka yang sudah menderita penyakit jamuran biasanya warna kertasnya berubah menjadi kuning, karena memang jamur bisa menyebabkan berubahnya warna kertas, di samping, itu jamur bisa menyebabkan kertas lengket satu dengan yang lain sehingga halaman bahan pustaka tersebut tidak bisa dibuka dan kalau hal ini dipaksa, halaman itu bisa robek. Jamur bisa tumbuh subur karena kelembaban udara yang tinggi Jamur akan berhenti berkembang biak kalau kelembaban udara tidak sesuai.. Hal ini ditandai dengan adanya bintik-bintik coklat pada bahan pustaka tersebut. Serangga sangat berbahaya bagi bahan pustaka. Rayap misalnya akan memakan buku jika kayu di sekitarnya sudah habis dimakannya. untunglah sekarang ini banyak rak yang, terbuat dari logam sehingga rayap tidak bisa memakannya. Kecoa sangat merusak buku dengan cara meningggalkan noda pada kertas. Di samping, itu kotorannya yang berupa cairan dapat merusak keutuhan buku. Hal yang bisa mengundang hadirnya kecoa adalah sisa-sisa makanan yang tercecer. Itulah sebabnya mengapa di ruang baca perpustakaan dilarang makan atau membawa makanan. Tangan yang akan memegang bahan makanan juga harus bersih bebas dari noda minyak karena kalau buku itu ternoda minyak akan mengundang bahaya serangan Serangga. Serangga yang cukup berbahaya adalah ngenga. Binatang ini memiliki tubuh tipis berwarna coklat dan sangat gemar hidup dan berkembang biak di tempat yang gelap seperti misalnya didalam buku, rak, almari dan tempat-tempat lain yang, sejenis. Sasaran dari ngengat adalah perekat buku yang terletak di punggung dan sampul buku. Serangga lain yang cukup berbahaya adalah apa yang disebut dengan kutu buku. Sebetulnya binatang, ini adalah sangat kecil berwarna abu-abu dan putih, badannya lemah sedangkan kepalanya relatif lebih besar dengan gigi yang kuat. Binatang ini menyerang permukaan kertas sehingga mengakibatkan huruf-huruf banyak yang hilang dan akibatnya buku tersebut sulit dibaca.
2. Faktor fisika
Suhu udara yang tinggi dapat mempercepat proses perusakan kertas karena kertas menjadi kering dan pecahpecah dan rapuh. Kelembaban yang tinggi dapat menyuburkan tumbuhnya jamur dan sebaiknya kelembaban yang rendah dapat menyebabkan kertas menjadi kering dan cepat hancur. Selain itu sinar matahari yang langsung mengenai buku akan merusak buku. Debu juga bisa menjadi musuh buku karena selain mengganggu kesehatan, debu dapat menimbulkan noda-noda, mengaburkan tulisan dalam buku, menularkan jamur.
3. Faktor kimia
Bahan pencemaran udara banyak bervariasi dan yang berbentuk gas pencemaran, partikel logam sampai unsur yang besar seperti misalnya debu dalam udara merupakan salah satu penyebab besar rusaknya kertas dan bahan organik lain yang bisa menimbulkan noda-noda permanen pada kertas tersebut. Pencemaran tadi bisa dikendalikan dengan cara menjaring udara.
4. Faktor Manusia
Bukan hanya serangga saja yang merupakan musuh besar buku, tetapi juga manusia. Hanya dengan cara memegang buku saja sudah bisa merusak buku. Tangan yang kotor atau berminyak bisa mengganggu kondisi buku karena tangan yang berminyak bisa mendatangkan kecoa atau serangga lain. Belum lagi ada tangan jahil yang sengaja merobek kertas dan sekedar mencorat-coret dengan tinter sambil memberi komentar yang tidak perlu. Sering kali kites lihat ada orang yang sengaja melipat bagian tertentu sebagai batas halaman yang akan difoto kopi, lebih-lebih pada buku banyak halamannya tebal, misalnya Ensiklopedi dan kamus. Kerusakan ini akan bertambah besar karena buku-buku tebal itu harus ditekan apabila difoto copy. Disamping itu, cara penempatan buku pada rak secara ceroboh bisa merusak buku, Misalnya menempatkan buku terlalu padat didalam jajaran rak karena kalau dipaksa, bagian kulit dan punggung akan lekas rusak. Karena itulah ada ketentuan dalam hal penempatan buku pada rak, yaitu pustakawan tidak bakal memenuhi seluruh rak dengan buku, sehingga rak menjadi penuh. Harus ada tempat yang kosong.
5. Faktor bencana alam
Kebakaran atau banjir misalnya merupakan bencana yang, bisa tiba-tiba terjadi. Kewaspadaan dan kesiapan penting, sehingga bisa diambil tindakan yang cepat dan tepat untuk bisa mengurangi resiko kerusakan apabila benar-benar terjadi, misalnya menyiapkan alat pemadam kebakaran di setiap ruangan. Usaha pencegahan kerusakan buku memang harus dilakukan sedini mungkin. Hal ini. meman,g., jauh lebih baik dan mudah dibandingkan dengan melakukan perbaikan terhadap buku yang terlanjur rusak.
D. PENCEGAHAN KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA
1. Vacuum cleaner
Membersihkan buku dan rak tempat penyimpanan buku secara berkala merupakan langkah untuk mencegah kerusakan buku, terutama adalah debu. Untuk membersihkan buku yang mudah lepas, digunakan sikat atau kalau tidak ada sikat juga boleh digunakan kuas.
Vacuum Cleaner juga bisa dimanfaatkan dengan sedikit peringatan yaitu karena daya fiisapnya yang sangat kuat makes alat ini digunakan secara hati-hati. Pergunakan Vacuum Cleaner ini untuk mengisap debu yang mengotori tempat penyimpan buku dan bagian luar buku pada yang masih baik/kuat dan jangan pada buku yang sudah rapuh karena bisa berakibat semakin rusaknya buku tersebut. Karet busa atau spon dapat juga dipakai untuk membersihkan buku dari debu. Sebaiknya karet busa ini dipergunakan membersihkan dari arah tengah terlebih dahulu barn ke arah pinggir. Noda-noda yang sukar dihilangkan dengan kuas atau sikat bisa dilakukan dengan karet penghapus.
2. Meletakkan buku pada almari kaca
Meletakkan buku pada almari kaca merupakan salah satu cara untuk menghindari serangan debu. Namun demikian, Buku-buku yang ditempatkan pada almari kaca itu masih tetap harus dibersihkan secara berkala.
3. A C (Air Conditioning)
Memasang AC pada ruangan perpustakaan juga merupakan salah satu cara untuk merawat buku. Dengan memasang AC, berarti ruangan harus dalam keadaan tertutup berarti mengurangi masuknya debu, AC ini bisa membantu menurunkan kelembaban udara, Mencegah perkembangan tumbuhnya jamur pada buku. Selain itu AC juga bisa mengatur suhu dan kelembaban udara ruangan sesuai dengan standar penyimpanan buku yaitu antara 20 s.d. 24 derajat celcius dan kelembaban antara 45 s.d. 60 RH. Sebaiknya AC ini dihidupkan 24 jam, karena bila tidak justru akan lebih menjadi buruk kondisi buku.
4. Insektisida
Agar ruangan penyimpanan buku atau ruangan baca buku dapat terbebas dari serangan serangga, Sebaiknya dinding, langit-langit, rak buku dan tempat penyimpanan secara berkala di semprot dengan bahan Insektisida. Serangga tidak menyukai bau-bau yang berbau kamfer, napthalene ball dan bahan yang, sejenis.
6. Sinar matahari
Sinar matahari harus dicegah langsung masuk melalui cendela,karena Sinar matahari langsung bisa merusak buku. Untuk itu, setiap cendela harus dilengkapi dengan kaca filter atau kaca difuser guna melemahkan sinar matahari yang masuk. Mikrofilm dan mikrofis juga sudah banyak dilakukan walau tentu saja relatif mahal. Pada umumnya, bahan pustaka yang dimikrofilmkan ini adalah surest kabar, arsip dan buku-buku langka seperti yang, ada di LIPI Jakarta, naskah-naskah di Sulawesi Selatan yang dikenal dengan names Lontara disamping naskah kuno dari Kraton Mangkunegara, Kesultanan Yogyakarta, Pakualaman dengan bekerja sama dengan lembaga asing, misalnya Australia, Belanda dan Amerika Serikat dalam hal ini Rocks Feller Foundation serta Inggris (British Council).
7. Fumigasi
Fumigasi juga banyak dilakukan pustakawan yang bertujuan untuk membunuh serangga terutama telur dan larvanya serta bisa mematikan jamur. Pefumigasian ini dilakukan dengan menggunakan bahan kimiawi seperti misalnya karbon tetra klorida, methyl biomida, thymol kristal, karbon disulfit dan Formida demida.
Fumigasi ini bisa dilakukan dengan tiga Cara yaitu: a. Dilakukan diruangan penyimpan buku. b. Membawa buku ke ruang fumigasi sedangkan ruang penyimpanan disemprot dengan bahan kimia pembunuh serangga dan keinudian dibersihkan. c. Dilakukan dalam almari terutama kalau jumlah buku sedikit.
Bahan pustaka yang sudah terlanjur rusak juga perlu diperbaiki dengan tekun,teliti dan sabar. Misalnya buku yang telah rusak sampulnya harus segera diperbaiki, bahan yang Mungkin juga kites harus menambah atau menambal. kertas kalau ada bagian buku yang hilang, sobek atau berlubang. Untuk menambal buku yang berlubang dapat dipergunakan pulp. Pulp ini cukup mudah dibuat, yaitu dari kertas bekas disobek kecil-kecil kemudian dilumatkan dengan lem cair. Kertas yang berlubang diletakkan diatas kaca yang telah dibasahi dengan air suling. Bagian yang berlubang kemudian ditambal dengan pulp, kemudian tekan tambalan tersebut dengan menggunakan kertas pengisap dan dipress.
Laminasi merupakan cara untuk melindungi buku yan,-,, sudah rapuh agar tidak bertambah parah. Untuk melaminasi buku harus dilepas terlebih dahulu, kemudian dijilid kembali seperti semula. Masih banyak cara untuk merawat bahan pustaka terutama majalah agar masa pakainya lebih lama. Buku yang baru datang kita sampul terlebih dahulu dengan sampul plastik mika dengan ukuran plastik 0.07 atau 0,0. Pada saat ini banyak buku baru yang mutu jahitannya tidak baik, misalnya buku hanya dilem pada bagian punggungnya sehingga buku mudah lepas. Makes kita harus menambah ikatan atau jahitan pada punggung, digergaji sedalam 1/2 cm sebanyak 3 lubang, kemudian sampul dengan karton yang tebal Cara untuk menambah keawetan dan masa pakai buku dan majalah adalah dengan jalan menjilid dan membendel. Bahan karton untuk membendel harus dari bahan yang, cukup baik, misalnya lem harus terbuat dari bahan organik yang tidak disukai oleh serangga atau tikus.
PENUTUP
Berdasarkan uraian yang dipaparkan, ternyata masalah perawatan bahan pustaka adalah sama pentingnya dengan tugas-tugas kepustakawanan yang harus dilaksanakan oleh para pustakawan sekolah. Masalah perawatan koleksi tidak boleh lagi dilihat dengan sebelah mata, tapi sudah saatnya menjadi perhatian yang serius para pustakawan sekolah.
Koleksi yang terawat dengan baik, sudah barangtentu akan mem-pengaruhi image yang positif terhadap kualitas layanan perpustakaan, sehingga akan timbul daya tarik yang kuat bagi para siswa, guru, yang akhirnya diharapkan para siswa, guru selaku pemakai perpustakaan ada interes berkunjung ke perpustakaan dan memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Sulistyo.1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Martoatmodjo, Karmidi. 1999. Pelestarian Bahan Pustaka, Jakarta: Universitas Terbuka.
Tauber, Maurice F. 1983. Technical Service in Libraries. New York: Columbia University Press.
Wofford, Azile. 1959. The School Library at Work. New York: The H.W. Wilson Company

Tidak ada komentar:
Posting Komentar